Gambar2. 14 Peta lokasi Kerajaan Sriwijaya Sumber : Dok. Kemdibud (29) Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke daerah sekitar Melayu. Melayu dapat ditaklukkan dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat. Buatlah peta daerah pengaruh kekuasaan Kerajaan Sriwijaya!
Awalnyamiliter Sriwijaya kalah telak dengan sebuah kerajaan di India Selatan. Kerajaan ini bernama Cola dengan pemimpin Rajendra Cola I. Orang tersebut telah melepaskan kekuasaan atas kapal dan segala jenis transit yang memakan biaya dan cukai. Keadaan diperparah dengan banyaknya kerajaan kecil yang melepaskan diri dari pengaruh Sriwijaya.
Petawilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya .
4A. PETA KONSEP Saling Berhubungan B. GLOSARIUM Maritim: berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut; Hindu (melalui bahasa Persia) berasal dari kata Sindhu dalam bahasa Sanskerta, yaitu nama sebuah sungai di sebelah barat daya Subbenua India Agama Hindu (disebut pula Hinduisme) merupakan agama dominan di Asia Selatan, terutama
PetaKonsep Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Thai: ศรีวิชัย atau "Ṣ̄ rī wichạy") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara Letak Kerajaan dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan
KerajaaSriwiaya terletak di Pulau Sumatera merupakan kerajaan bercorak Budha terbesar di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya sering disebut kerajaan nasional pertama yang wilayahnya membentang luas di bagian barat Indonesia. Kerajaan Sriwijaya muncul sebagai kerajaan maritime terbesar di Indonesia hal ini didukung letaknya yang strategis yakni di
. JawabanKerajaan Sriwijaya berpengaruh di seluruh Pulau Sumatra, Semenanjung Melayu hingga ke bagian barat dan tengah Pulau Sriwijaya berpengaruh di seluruh Pulau Sumatra, Semenanjung Melayu hingga ke bagian barat dan tengah Pulau - daerah yang berhasil dikuasai antara lain sebagai berikut. Tulang-Bawang saat ini daerah Lampung. Daerah Kedah, terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Pulau Bangka. Daerah Jambi, tepatnya tepi Sungai Batanghari. Tanah Genting Kra, bagian utara Semenanjung Melayu. Pulau Jawa bagian barat. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya berpengaruh di seluruh Pulau Sumatra, Semenanjung Melayu hingga ke bagian barat dan tengah Pulau Jawa.
Kerajaan Sriwijaya - Srivijaya atau sering disebut Kerajaan Sriwijaya adalah satu dari kerajaan maritim di Pulau Sumatera. Karena merupakan kerajaan maritim, sebagian besar rakyat Kerajaan Sriwijaya hidup dari perdagangan dan pelayaran. Kerajaan Sriwijaya pernah menguasai perairan barat Nusantara terutama Selat Malaka. Kerajaan Sriwijaya memiliki hubungan perdagangan dengan Tiongkok, India, Persia, dan Arab. Oleh karena itu, banyak catatan sejarah yang membahas Kerajaan Sriwijaya berasal dari bangsa atau negara tersebut. Dalam Bahasa Sansekerta, sri berarti bercahaya atau gemilang, sedangkan wijaya memiliki arti kemenangan atau kejayaan. Sehingga secara etimologi, Sriwijaya berarti kemenangan yang gemilang. Kerajaan Sriwijaya memiliki peradaban dan wilayah kekuasaan yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara, India, Thailand dan Malaysia. 1 Kerajaan Sriwijaya menjadi ikon kebesaran Sumatera dan kerajaan besar Nusantara di Jawa Timur selain Majapahit. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi rujukan kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda.2 Baca Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Budayawan Betawi Ridwan Saidi Terancam Dipolisikan Baca Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Infografis atau peta jangakauan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-8 Masehi. Panah merah menunjukkan rangkaian ekspedisi dan penaklukan Kerajaan Sriwijaya melalui diplomasi dan pertempuran militer. Kartapranata Lokasi Arkeolog dan sejarawan asal Perancis, George Coedes menemukan berbagai nama Kerajaan Sriwijaya dalam beberapa catatan perjalanan pedagang Tiongkok. Misalnya Sribhoja, San Fo Qi, Javadeh atau Yavadesh, Zabaj, bahkan Bangsa Khmer menyebut Kerajaan Sriwijaya sebagai Malayu. Kerajaan Sriwijaya memiliki daerah kekuasaan membentang dari Nusantara seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, hingga Thailand, Kamboja, dan Semenanjung Malaya. Lokasi Kerajaan Sriwijayai hampir sebagian besar dihubungkan dengan Palembang, Sumatra Selatan. Berdasarkan prasasti maupun sisa permukiman dari Kota Kapur, Talang Tuo, Karang Berahi, Telagabatu, Kedukan Bukit, Boom Baru, Bungkuk, Kambang Purun, mengungkap lokasi Kerajaan Sriwijaya berada di wilayah Palembang termasuk Palas Pasemah di daerah Lampung. Sedangkan menurut Kitab Sejarah Dinasti Song buku 489 960- 1279 Masehi menyebutkan “Raja San-bo-tsai San Fo Qi atau Kerajaan Sriwijaya bertempat tinggal di Chan-pi Jambi, dan di negeri ini banyak nama orang yang dimulai dengan sebutan Pu’.” Pemindahan lokasi Kerajaan Sriwijaya ke Jambi diperkirakan disebabkan oleh serangan Kerajaan Cholamandala, yang dikisahkan pada Prasasti Tanjore 1031. Prasasti tersebut menuliskan tentang Kerajaan Sriwijaya diserang di mana Palembang dihancurkan dan para raja di tangkap serta seluruh sumber kemakmuran dicuri. Meskipun raja bertempat tinggal di Jambi, daerah Palembang masih berada di bawah pengawasan Kerajaan Sriwijaya. Sebuah berita Tionghoa Yingyai Shenglan dari 1416 M menyebutkan, Chiu-kang nama kuno Kerajaan Sriwijaya berada di bawah kekuasaan Chao-wa Jawa. Pada masa tersebut, Kerajaan Sriwijaya melemah dan daerah Palembang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Meskipun lemah, Kerajaan Sriwijaya tetap memiliki hubungan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan di Tiongkok. Oleh karena itu, Kerajaan Majapahit marah dan pada 1377 Kerajaan Sriwijaya dihancurkan tanpa sisa. 1 Raja Berikut para raja terkenal dan membuat Kerajaan Sriwijaya mencapai masa kejayaan Raja Daputra Hyang atau Sri Jayanasa 671 Raja Daputra Hyang membuat Kerajaan Sriwijaya melebarkan kekuasaan hingga daerah Jambi. Kisah mengenai Raja Daputra Hyang ditemukan pada Prasasti Kedukan Bukit. Raja Dharmasetu Pada masa kekuasaan Raja Dharmasetu, Kerajaan Sriwijaya telah meluas hingga Semenanjung Malaya. Hal tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya membangun pangkalan di wilayah Ligor. Selain itu, Raja Dharmasetu juga membuat Kerajaan Sriwijaya berhasil menjalin hubungan kerjasama dengan Tiongkok dan India. Raja Balaputra Dewa 860 Raja Balaputra Dewa adalah raja yang menjabat pada abad ke-9 dan mampu membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan terbesar di Nusantara. Kisah dari Raja Balaputra Dewa berasal dari Prasasti Nalanda. Pada masa pemerintahan Raja Balaputra Dewa, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha terbesar di Asia Tenggara. Berkat Raja Balaputra Dewa, Kerajaan Sriwijaya mampu bekerjasama dengan beberapa kerajaan India seperti Kerajaan Cola dan Nalanda. Balaputra Dewa merupakan putra dari Raja Samaratungga dan Dewi Tara dari Dinasti Syailendra, Kerajaan Sriwijaya. Raja Sri Sudamaniwarmadewa 1044 Pada masa pemerintahan Raja Sri Sudamaniwarmadewa, Kerajaan Sriwijaya mendapatkan serangan dari Raja Darmawangsa dari Jawa Timur. Raja Sanggrama Wijayattunggawarman Pada masa kekuasaan Raja Sanggrama Wijayattunggawarman, ternyata Kerajaan Sriwijaya mendapat serangan dari Kerajaan Cholamandala yang dipimpin oleh Raja Rajendra Chola. Tidak seperti serangan yang terjadi pada masa Raja Sri Sudamaniwarmadewa, Kerajaan Sriwijaya tidak mampu mengalahkan serangan dari Kerajaan Cholamandala. 3 Sosial Budaya Agama Buddha berkembang di Kerajaan Sriwijaya misalnya terdapat ajaran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana. Oleh karena itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pengajaran agama Buddha dan menarik peziarah maupun cendekiawan dari negara-negara di Asia. Cendekiawan tersebut misalnya pendeta Tiongkok, I Tsing, dan cendekiawan asal Benggala benama Atisha. Kerajaan Sriwijaya telah menggunkan koin emas dan perak sebagai alat tukar. Karena menguasai Kepulauan Melayu pada abad 7-9 M, rakyat Kerajaan Sriwijaya juga telah menggunakan bahasa dan kebudayaan Melayu. Sebagai pusat perdagangan Asia Tenggara, Kerajaan Sriwijaya juga bekerja sama dengan para pedagang Timur Tengah. Bahkan Raja Sri Indrawarman memeluk agama Islam pada tahun 718 karena banyak bangsa Arab yang datang ke Kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut menjadi cikal bakal berdirinya beberapa Kerajaan Islam di wilayah Sumatera setelah runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. Perkembangan agama Islam di Kerajaan Sriwijaya tercatat dalam surat yang dikirimkan para raja ke khalifah Islam di Suriah, Umar bin Abdul Aziz pada 717- 720 M. 3 Harta karun Kerajaan Sriwijaya berupa cincin emas bermotif bunga ditemukan warga di Situs Talang Petai Simpang Tiga, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan Humas OKI Perdagangan Kerajaan Sriwijaya menguasai dan mengendalikan jalur perdagangan antara India dan Tiongkok dengan menguasai Selat Sunda dan Selat Malaka. Bangsa Arab mencatat bahwa Kerajaan Sriwijaya memiliki berbagai macam komoditi seperti emas, timah, gading, pala, cengkeh, kapulaga, kapur barus, dan kayu gaharu. Kekayaan yang dimiliki tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya mendapatkan pengikut setia di wilayah Asia Tenggara.3 Politik Kerajaan Sriwijaya memperkuat kekuasaan wilayah di Asia Tenggara dengan melakukan hubungan diplomasi dengan kekaisaran Tiongkok. Bahkan Kerajaan Sriwijaya dapat menguasai Kerajaan Khmer sejak pertama kali kerajaan tersebut berdiri. Sehingga tidak mengherankan jika bentuk Pagoda Borom terpengaruh dengan gaya arsitektur Kerajaan Sriwijaya. Phra Borom atau Pagoda Borom di Thailand yang memiliki gaya arsitektur yang mirip dengan Kerajaan Sriwijaya Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga memiliki hubungan baik dengan Dinasti Cholamandala di Selat India. Hubungan antara Kerajaan Sriwijaya dengan dinasti tersebut tercatat dalam sebuah prasasti Leiden di mana telah didirikan Vihara Culamanivarmma. Namun, ketika Rajendra Chola I naik tahta, hubungan antara Cholamandala dengan Kerajaan Sriwijaya menjadi buruk pada masa pemerintahan Balaputra Dewa. Hubungan tersebut membaik pada masa pemerintahan Kulothunga Chola I, namun pada masa tersebut Kerajaan Sriwijaya dianggap sebagai bagian dari Dinasti Chola. 3TRIBUNNEWSWIKI/Magi
- Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit adalah dua kerajaan terbesar di Nusantara pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Sebagai kerajaan maritim yang besar, kekuasaan Kerajaan Sriwijaya tidak hanya sebatas di Nusantara, tetapi hingga Thailand dan Kamboja. Sementara itu, Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan besar dengan pusat pemerintahan di pedalaman Pulau Jawa, tepatnya di Kitab Negarakertagama, wilayah Majapahit meliputi seluruh wilayah Indonesia saat ini, kecuali Sunda, dan beberapa daerah di Semenanjung Malaya. Pada masanya, dua kerajaan ini berperan dalam proses intergrasi antarapulau. Lantas, bagaimana peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam proses integrasi antarpulau pada masa Hindu-Buddha? Baca juga Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya Proses integrasi antarpulau Kekuatan politik di dalam tubuh pemerintahan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit berperan penting dalam proses integrasi antarpulau. Integrasi Nusantara pada masa Sriwijaya dan Majapahit terjalin melalui penguasaan wilayah perairan yang disokong oleh kekuatan pada angkatan lautnya. Dengan jalan penguasaan, akan dengan mudah melakukan kontrol pada wilayah perairan atau wilayah pesisir. Hal itu merupakan kunci dari keberhasilan Sriwijaya dan Majapahit dalam mencapai integrasi antarpulau di Nusantara. Ada beberapa faktor yang memengaruhi Sriwijaya dan Majapahit mampu melakukan integrasi antarpulau di Nusantara. Berikut beberapa faktor yang dimaksud Baca juga Bagaimana Gajah Mada Dapat Menyatukan Wilayah Nusantara? Komoditas yang menarik Pengaruh budaya seperti China, India, dan Nusantara menjadi salah satu penyebab Sriwijaya dan Majapahit melakukan integrasi. Pengaruh berbagai kebudayaan tersebut membuat banyaknya komoditas dari berbagai wilayah di sekitar Selat Malaka, yang saat itu menjadi pusat perdagangan internasional. Jalur perdagangan tersebut semakin berkembang pesat seiring berjalannya waktu hingga mampu menghubungan perdagangan di Laut Jawa hingga perdagangan yang paling terkenal dari zaman kuno Hindu-Buddha hingga masa kedatangan bangsa Eropa selalu sama, yaitu rempah-rempah. Baca juga Jalur Rempah Nusantara, Jalur Kemakmuran Dunia Peta Politik Perkembangan perdagangan internasional memicu tumbuhnya berbagai macam kerajaan di wilayah Sumatera maupun Jawa. Kerajaan-kerajaan yang berdiri mau tidak mau harus saling sikut, atau bekerja sama untuk mendapatkan pengaruh guna mengontrol jalur perdagangan. Kerajaan yang kuat akan memaksa kerajaan yang lemah untuk tunduk dan mengakui kedaulatannya melalui cara damai ataupun ekspedisi militer. Sriwijaya dan Majapahit mampu menguasai wilayah yang luas di Nusantara berkat kekuatan politik dan militernya. Selain melalui kekuatan politik dan militer, kekuatan dagang, budaya, dan bahasa juga berperan dalam proses integrasi wilayah Nusantara. Baca juga Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim? Kerja sama Hubungan yang terjalin antara pusat kekuasaan dan daerah adalah berupa hak dan kewajiban yang saling menguntungkan. Pusat akan menerima hak berupa upeti dari kerajaan bawahannya, sedangkan daerah bawahannya akan mendapat perlindungan dari kerajaan pusat. Namun, apabila mendapat ancaman, kerajaan kecil mampu melepaskan diri dan menjalin kerja sama dengan kerajaan lain dalam hubungan hak dan kewajiban tersebut. Pada masa kejayaannya, Sriwijaya dan Majapahit mampu menjadi kerajaan besar yang membawahi berbagai kerajaan kecil. Sebagai tanda takluk, kerajaan kecil akan mengirimkan upeti kepada Sriwijaya dan Majapahit. Kemudian, sebagai imbalannya, Sriwijaya dan Majapahit berkewajiban untuk memberi perlindungan kepada kerajaan bawahannya. Referensi Ramadhan, Prasetya. 2021. Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa 1042-1527. Yogyakarta Araska. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Ilustrasi kerajaan Sriwijaya PexelsSebelum mengalami keruntuhan, dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya cukup terasa bagi geo politik Nusantara di era kerajaan Hindu Budha saat situs prasasti Kedukan Bukit yang dapat dijuluki sebagai prasasti Proklamasi Kerajaan Sriwijaya menjadi tonggak pertama berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya resmi ditegakkan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 16 Juni 682 Dampak Kemunduran Kerajaan SriwijayaKerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar di Nusantara. Namun, pada abad ke-11 Masehi, kerajaan ini mengalami kemunduran. Ini dia berbagai dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya bagi geo politik Nusantara1. Perubahan Peta PolitikKemunduran kerajaan Sriwijaya berdampak pada perubahan peta politik di Nusantara. Dengan hilangnya pengaruh Sriwijaya, kerajaan-kerajaan lainnya mulai bersaing untuk menguasai wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh ini memicu konflik dan persaingan antar kerajaan yang ada di Nusantara pada saat Hilangnya Pusat KebudayaanSriwijaya dikenal sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan pada masa lampau. Dengan kemunduran Sriwijaya, hilangnya pusat kebudayaan ini berdampak pada hilangnya arus kebudayaan dan pengetahuan di ini berdampak pada kehilangan identitas budaya dan kebudayaan yang menjadi ciri khas Hilangnya Pusat PerdaganganSriwijaya dikenal sebagai pusat perdagangan di Nusantara pada masa lampau. Dengan kemunduran Sriwijaya, hilangnya pusat perdagangan ini berdampak pada hilangnya jaringan perdagangan di ini berdampak pada menurunnya pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di Rentannya Nusantara terhadap Serangan AsingKerajaan Sriwijaya dikenal memiliki kekuatan militer yang kuat pada masa lampau, sehingga melindungi Nusantara dari serangan kemunduran Sriwijaya, rentannya Nusantara terhadap serangan asing menjadi Berubahnya Dinamika Kekuasaan di NusantaraKemunduran kerajaan Sriwijaya berdampak pada perubahan dinamika kekuasaan di Nusantara. Sebelumnya, Sriwijaya merupakan kerajaan yang kuat dan mempengaruhi kebijakan dan keputusan politik di dengan kemunduran Sriwijaya, kekuasaan berpindah kepada kerajaan-kerajaan lainnya di Nusantara. Hal ini membuat dinamika kekuasaan di Nusantara menjadi lebih beragam dan keseluruhan, dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya cukup terasa bagi geo politik Nusantara pada masa lampau. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda mengenai sejarah kerajaan besar Nusantara yang pernah ada.
- Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang kuat dan banyak memberi pengaruh di nusantara. Kerajaan yang berkembang antara abad ke-7 hingga ke-13 ini terletak di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Pada masa kejayaannya, daerah kekuasaannya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Sriwijaya disebut sebagai negara nasional pertama di nusantara sebab wilayahnya begitu luas, hingga meliputi hampir seluruh Indonesia. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di Asia Tenggara. Raja Sriwijaya yang pertama adalah Dapunta Hyang, atau dikenal dengan nama Sri Jayanasa, yang memerintah dari tahun 671-728 Raja Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya hanya menyisakan beberapa peninggalan dan silsilah raja yang berkuasa pun banyak terputus. Berikut ini daftar raja-raja yang diduga kuat pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya. Dapunta Hyang Sri Jayanasa 683 M Indrawarman 702 M Rudra Wikrama 728-742 M Sangramadhananjaya 775 M Dharanindra/Rakai Panangkaran 778 M Samaragrawira/Rakai Warak 782 M Dharmasetu 790 M Samaratungga/Rakai Garung 792 M Balaputradewa 856 M Sri Udayadityawarman 960 M Sri Wuja atau Sri Udayadityan 961 M Hsiae-she 980 M Sri Cudamaniwarmadewa 988 M Malayagiri/Suwarnadwipa 990 M Sri Marawijayottunggawarman 1008 M Sumatrabhumi 1017 M Sri Sanggrama Wijayatunggawarman 1025 M Sri Dewa 1028 M Dharmawira 1064 M Sri Maharaja 1156 M Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa 1178 M Baca juga Prasasti Kedukan Bukit Sejarah, Isi, dan Artinya Raja Kerajaan Sriwijaya yang terkenal Dapunta Hyang Srijayanasa Dalam prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo, banyak disebutkan tentang Dapunta Hyang. Pada abad ke-7, Dapunta Hyang melakukan berbagai usaha perluasan daerah.
peta pengaruh kekuasaan kerajaan sriwijaya